https://sleman.times.co.id/
Berita

Ubah Sampah Jadi Emas, Tabungan Emas Pegadaian Solusi Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

Jumat, 20 September 2024 - 23:04
Ubah Sampah Jadi Emas, Tabungan Emas Pegadaian Solusi Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan Sejumlah warga sedang menimbang sampah di Bank Sampah Kweni Berseri di Dusun Kweni RT 01, Kalurahan Panggungharjo, untuk dijual dan hasilnya ditabung menjadi emas di Pegadaian, Jumat (20/9/2024). (Foto: Rahadian/TIMES Indonesia)

TIMES SLEMAN, BANTUL – Sejak penutupan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan di Bantul pada Mei 2024, persoalan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin parah. Kondisi ini memaksa masyarakat DIY untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, yang selama ini menjadi tantangan utama.

Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral DIY, volume produksi sampah di wilayah ini mencapai sekitar 1.231,55 ton per hari pada 2023, dengan mayoritas sampah berasal dari rumah tangga.

Ketidakpedulian terhadap pemilahan sampah menyebabkan penumpukan sampah di berbagai sudut jalan, memperburuk masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pemilahan sampah masih tergolong rendah. Terlihat dari tumpukan kantong-kantong sampah rumah tangga yang masih ditemukan di sejumlah titik jalan di DIY.

Edukasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah mulai dari pemilahan di rumah hingga pengolahan akhir menjadi sangat diperlukan. 

Salah satu solusi inovatif hadir dari Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, melalui Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS), yang sukses merintis pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Sejak 2019, KUPAS bermitra dengan PT Pegadaian dan berhasil menjalankan Program Tabungan Emas. Program dari perusahaan plat merah ini memungkinkan warga menabung emas dari hasil penjualan sampah. 

Program ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Warga Panggungharjo sangat antusias menukarkan sampah yang dikumpulkan di bank sampah, lalu menjualnya di KUPAs, dan hasilnya ditabung dalam bentuk emas.

"Bermula dari hanya 30 nasabah, kini kami memiliki 700 nasabah yang berpartisipasi dalam program Tabungan Emas," ujar Humas KUPAS, Wahyu Trisna Jati, saat ditemui di kantornya di Kalurahan Panggungharjo, Jumat (20/9/2024).

Jati menjelaskan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya dilihat dari jumlah nasabah yang terus bertambah, tetapi juga dari meningkatnya motivasi warga untuk lebih aktif mengelola sampah di dusun masing-masing. 

Warga yang sebelumnya tidak memisahkan sampah, kini lebih sadar memilah sampah yang memiliki nilai jual untuk kemudian ditabung sebagai emas.

Nasabah program ini rata-rata memiliki emas antara 1 hingga 3 gram, yang dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang atau di saat kebutuhan mendesak.

"Bagi banyak warga, menabung emas bukan hanya bentuk investasi, tetapi juga solusi ketika ada kebutuhan mendesak, seperti biaya sekolah atau acara hajatan," tambah Jati.

Yuni Sudayati (57), Ketua Bank Sampah Kweni Berseri di Dusun Kweni RT 01, Kalurahan Panggungharjo, adalah salah satu warga yang merasakan manfaat program ini. 

Ia bersama 30 anggota bank sampah, yang semuanya nasabah Tabungan Emas, memiliki tabungan emas sebesar 1 hingga 3 gram. 

Setiap bulan, Yuni menyetorkan sampah ke KUPAS dengan nilai jual sekitar Rp35 ribu, lalu melengkapinya dengan uang pribadi sebesar Rp15 ribu untuk dikonversi menjadi emas.

"Tabungan emas ini sangat membantu, terutama saat ada kebutuhan mendesak seperti biaya pendidikan atau tambahan untuk membeli hewan kurban. Harganya terus naik, jadi sangat menguntungkan untuk hari tua," ungkap Yuni dengan antusias.

Yuni juga menambahkan bahwa kebiasaan menabung emas dari sampah membuat warga lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. "Kesadaran dan kedisiplinan dalam mengelola sampah mulai tumbuh, dan sekarang sudah menjadi kebiasaan. Dusun kami juga jadi lebih bersih," katanya.

Yuni berharap ke depannya semakin banyak warga yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekaligus berinvestasi untuk masa depan.

"Menabung emas untuk jangka panjang itu sangat penting, supaya kita tidak perlu berhutang saat membutuhkan," pungkasnya.

Senada dengan Yuni, Sumarni (54), Ketua Bank Sampah Barokah, Dusun Sawit RT 04, Panggungharjo, mengatakan bahwa anggota Bank Sampah Barokah yang berjumlah sekitar 52 orang juga menjadi nasabah Tabungan Emas.

“Motivasi saya ikut program Tabungan Emas karena jika menabung uang bisa kena inflasi, sedangkan emas tidak. Menabung emas di Pegadaian juga aman, kalau di rumah tidak,” kata Sumarni. 

Ia saat ini memiliki tabungan emas sebesar 3,5 gram dan pernah mengambil 1 gram emas ketika ada kebutuhan mendesak.

"Sekarang, ketika melihat sampah, kami membayangkan emas. Kami punya moto: Memilah Sampah, Mendulang Emas. Lingkungan jadi bersih, jadi sehat. Dulu sebelum ada bank sampah, sampah tidak dipilah dan dijadikan satu," tambahnya.

Melalui program seperti Tabungan Emas, harapan untuk menjadikan kebersihan sebagai budaya dan kesadaran kolektif di masyarakat DIY semakin nyata.

Sementara itu, Marketing Officer UPC Pegadaian Bantul, Misbahul Munir, mengungkapkan bahwa Pegadaian rutin melakukan sosialisasi kepada warga Kalurahan Panggungharjo terkait pentingnya menabung emas dan program pengelolaan sampah berbasis komunitas.

"Kami rutin mengadakan sosialisasi kepada warga Panggungharjo. Di sana banyak sekali kelompok, baik dari perkumpulan RT, ibu-ibu PKK, arisan dusun, atau bahkan kami mengundang warga langsung ke kelurahan untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya memiliki emas," kata Munir. 

Ia menjelaskan bahwa dalam sosialisasi tersebut, materi yang disampaikan terbagi menjadi beberapa bagian. 

"Pertama, kami memberikan materi tentang pentingnya memiliki emas karena emas tahan terhadap inflasi dan memiliki nilai yang stabil. Kedua, kami memberikan materi tentang Mengemaskan Sampah, yaitu bagaimana mengubah sampah menjadi emas. Selain itu, ada juga materi tentang lingkungan dari pihak Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS)," tambahnya.

Menurut Munir, kolaborasi Pegadaian dengan KUPAS bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau memilah sampah dari rumah. 

Sampah yang sudah dipilah kemudian disetorkan ke KUPAS, di mana sampah tersebut dinilai dan hasilnya langsung ditabung dalam bentuk emas di Pegadaian. 

"Kami sering melakukan sosialisasi hingga di luar jam kerja, kadang sampai jam 6 sore, padahal jam kerja Pegadaian biasanya hanya sampai jam 3 atau 4 sore," jelasnya.

Warga yang berpartisipasi dalam program ini diharapkan dapat memilah sampah di rumah. Sampah yang memiliki nilai jual dipisahkan dan disetorkan ke KUPAS, lalu nilainya akan dikonversi menjadi tabungan emas, bukan uang tunai. 

Emas, lanjut Munir,  tahan terhadap inflasi, jadi nilainya akan semakin tinggi dibandingkan dengan uang. Jika uang disimpan terlalu lama, nilainya semakin kecil, sedangkan emas justru naik. 

Selain itu, emas juga mudah dicairkan saat membutuhkan dana darurat. Beda dengan aset tanah atau aset lainnya yang proses penjualannya lebih lama.

Munir juga menekankan bahwa tabungan emas di Pegadaian aman dan praktis. 

"Tidak ada risiko kehilangan karena saldo tabungan emas tercatat dengan baik. Administrasinya juga sangat murah, hanya Rp 30.000 per tahun, sehingga sangat menguntungkan untuk investasi jangka panjang," ujarnya.

Selain itu, Munir berharap semakin banyak warga yang termotivasi untuk memilah sampah dan berpartisipasi dalam program ini, mengingat sampah rumah tangga adalah masalah permanen.

"Orang yang dulu malas memilah sampah, tapi kalau mereka tahu bahwa nilai sampah dan bisa ditukar emas, pasti mereka akan lebih rajin," tutupnya. (*)

Pewarta : Rahadian Bagus Priambodo
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Sleman just now

Welcome to TIMES Sleman

TIMES Sleman is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.