TIMES SLEMAN, SLEMAN – Sejarah panjang Kabupaten Sleman diangkat kembali ke tengah masyarakat melalui Pameran Arsip dan Foto Sejarah yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Perpusarsip) Sleman. Pameran yang digelar di Lapangan Pemkab Sleman pada Jumat (16/5/2025) ini merupakan bagian dari peringatan Hari Kearsipan ke-54 sekaligus menyambut Hari Jadi ke-109 Kabupaten Sleman.
Mengusung tema “Pelestarian Memori Kolektif Melalui Dokumentasi Sejarah Lokal”, pameran ini menampilkan 24 koleksi arsip dan foto langka yang merekam perjalanan sejarah Sleman. Mulai dari era pra-kemerdekaan, masa awal Republik Indonesia, hingga periode Orde Baru, semua tersaji dalam tampilan visual yang informatif dan edukatif.
Beberapa koleksi unggulan dalam pameran ini antara lain dokumentasi bekas pabrik gula di Beran tahun 1930-an, pembangunan Selokan Mataram, serta potret kegiatan sosial masyarakat Sleman tempo dulu. Materi arsip tersebut menjadi bukti visual yang kuat tentang dinamika kehidupan dan pembangunan daerah dari masa ke masa.
Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Pelayanan Perpusarsip Sleman, Yuni Prasetyo Budi Ilmawan, menyampaikan bahwa pameran ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang peran penting arsip sebagai sumber pembelajaran dan inspirasi dalam perencanaan pembangunan.
“Mengetahui sejarah bukan sekadar bernostalgia, tapi menjadi pijakan untuk membangun masa depan yang lebih baik dan berkarakter,” ujar Yuni.
Pameran arsip ini tidak hanya dapat dinikmati secara langsung, tetapi juga tersedia dalam format digital yang bisa diakses melalui laman perpusarsip.slemankab.go.id. Upaya ini dilakukan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas dan mempermudah akses terhadap sejarah lokal Sleman.
Selain itu, Perpusarsip Sleman membuka kesempatan bagi warga yang memiliki dokumentasi sejarah pribadi, seperti foto lama atau surat penting, untuk menyumbangkan atau menitipkan arsip tersebut. Dokumen yang diterima akan disimpan di fasilitas tahan api dan didigitalisasi agar tetap lestari dan bisa diwariskan kepada generasi mendatang.
Sebagai bagian dari rencana strategis lima tahun ke depan, Perpusarsip Sleman juga tengah mendorong penguatan sistem pengarsipan di tingkat kalurahan. Program ini akan didukung melalui pelatihan, pendampingan teknis, dan penyediaan sarana pengarsipan sesuai standar nasional.
“Kami sadar tantangan di lapangan masih banyak, namun kami berkomitmen membangun sistem pengarsipan yang tertib, aman, dan berkelanjutan,” tegas Yuni.
Pameran ini disambut antusias oleh masyarakat. Salah satunya, Diah (54), warga Mlati, yang merasa kagum setelah mengetahui fakta-fakta sejarah Sleman yang belum banyak diketahui publik.
“Saya baru tahu ternyata Sleman dulu juga punya industri tenun. Selama ini saya pikir tenun hanya dari Nusa Tenggara. Ini membuka wawasan baru tentang budaya lokal kita,” ucapnya dengan antusias.
Pameran arsip ini menjadi momentum penting untuk mempererat ikatan masyarakat dengan akar sejarahnya, sekaligus memperkuat kesadaran kolektif dalam menjaga warisan dokumenter daerah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pameran Arsip Sleman Tampilkan Sejarah Daerah Lewat Foto dan Dokumen Langka
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Deasy Mayasari |