TIMES SLEMAN, YOGYAKARTA – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak melakukan terobosan pemanfaatan Fertilisasi In Vitro (IVF) ternak dari beberapa Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Yogyakarta.
Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof Diah Tri Widayati mengatakan teknologi reproduksi fertilisasi in vitro merupakan inovasi generasi ketiga dalam teknologi reproduksi.
Teknologi ini menawarkan solusi strategis untuk mempercepat peningkatan populasi ternak, perbaikan genetik ternak dan mendukung ketahanan pangan nasional.
“Teknologi reproduksi fertilisasi in vitro (IVF) pada ternak kini semakin diandalkan untuk meningkatkan efisiensi produksi embrio berkualitas tinggi,” kata Diah, Rabu (20/11/2024)
Menurut Diah teknologi IVF memungkinkan pemanfaatan oosit (sel telur) dari ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan. Biasanya, ovarium dianggap sebagai limbah atau hasil samping, tetapi melalui teknologi IVF, oosit ini dapat digunakan untuk memproduksi embrio.
Fapet UGM, kata Diah, merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan teknologi IVF di Indonesia.
Melalui kerja sama dengan lembaga penelitian pemerintah seperti Balai Embrio Ternak Cipelang dan pelatihan bagi peneliti, Fapet UGM telah mengoptimalkan teknik IVF, mulai dengan pengumpulan oosit, pematangan oosit in vitro (IVM), fertilisasi in vitro serta peningkatan media kultur embrio.
“Riset kami berfokus pada spesies ternak lokal seperti sapi potong, sapi perah, dan kambing serta domba, dengan penggunaan oosit dari ovarium rumah potong hewan untuk meningkatkan efisiensi produksi,” kata Diah.
Peneliti lain dari Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof Sigit Bintara menambahkan selain dapat memanfaatkan ovarium dari rumah potong hewan (RPH), teknologi IVF juga mampu meningkatkan produksi dan kualitas ternak, terutama jika dikombinasikan penggunaan sperma dari ternak unggul.
Diah menjelaskan kembali dalam jangka panjang IVF akan berdampak pada ketahanan pangan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor ternak.
Teknologi ini juga telah banyak digunakan di Amerika Utara, Amerika Selatan dan Eropa, serta menjadi tren global dengan penggunaan embrio produksi in vitro (IVP) yang kini melampaui embrio yang diproduksi secara alami (in vivo) melalui multiple ovulation and embryo transfer (moet).
“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, IVF dapat mempercepat perbaikan genetik ternak lokal, memperkuat ketahanan pangan nasional dengan menyediakan pasokan protein hewani yang stabil dan berkualitas tinggi, serta membuka peluang ekspor embrio unggul," ujarnya.
"Adopsi luas teknologi ini berpotensi menjadikannya salah satu pilar utama dalam memperkuat sektor peternakan dan pangan Indonesia di kancah global,”papar Diah.
Tim Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi lain yang hadir dalam acara Fapet Menyapa, pada Selasa (19/11/2024), yaitu Prof Dr Ir Sigit Bintara, MSi IPU ASEAN Eng, Ir Riyan Nugroho Aji, SPt MSc IPP, dan Dr Kurniawan Dwi Prihantoko.
'Fapet Menyapa' merupakan forum unggulan untuk menyajikan berbagai capaian, hasil riset dan Tridarma dari Fapet UGM melalui media massa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Genjot Reproduksi, Fapet UGM Kembangkan Embrio Ternak Berkualitas Melalui Metode IVF
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Ronny Wicaksono |